Presiden BEM Umitra: Antara Organisasi, Perubahan dan Leadership
Organisasi merupakan jembatan mahasiswa untuk memberikan sebuah perubahan dan menjadi seorang pemimpin.
M. Khalid Fredy Saputra, mahasiswa kelahiran Puramekar, 20 Mei 1997, begitu banyak aktivis kemahasiswaan yang digelutinya diluar aktivitas kuliahnya sebagai prioritas utama.
Putra dari pasangan Drs H Mudarni M.pd.I dan Hj. Erna Wati punya segudang alasan mengapa dia sangat berminat berkecimpung sebagai aktivis mahasiswa.
Organisasi tidak bisa dipisahkan dengan mahasiswa yang menimba ilmu dikampus karena sebenarnya organisasi sangat penting untuk kebaikan mahasiswa, namun kesadaran berorganisasi itu sangat minim karena sudah berkurang nampaknya mahasiswa yang berminat ber organisasi padahal dengan berorganisasi mahasiswa mampu menemukan jati diri yang sesungguhnya sebagai kaum intelektual, sebagai mahasiswa kehidupan dalam perkuliahan tidaklah hanya sekedar belajar diperkuliahan kita harus membiasakan diri untuk menunjukan rasa sosial yang tinggi dan Itu semua bisa diwujudkan dengan bergabung kedalam ranah organisasi – organisasi yang ada didalam kampus.
Dalam berorganisasi, menurut mahasiswa semester lima prodi Keperawatan STIKes Umitra ini, bisa mengenal dunia kampus yang lebih luas. Misalnya mahasiswa yang tidak terbiasa juga merasa gugup jika berbicara didepan orang banyak dengan organisasi kita akan dibina untuk hal itu dan nantinya akan terbiasa berbicara bahkan berani untuk mengeluarkan pendapat di halayak ramai karena aspek utama yang harus dimiliki dalam berorganisasi yaitu mental.
“Betapa pentingnya berorganisasi tidak dapat terukur secara formal, dahulunya kita hanyalah seorang yang pendiam tidak berani berpendapat setelah mencoba berorganisasi kita bisa mengeluarkan pendapat bahkan berbicara dengan tenang. Bagi mahasiswa yang belum menemukan jati dirinya sebagai mahasiswa, berusahalah untuk bergabung dalam organisasi Semua itu akan berguna untuk kelangsungan perkuliahan dan mampu menjalin silaturahmi persahabatan sesama mahasiswa.,” ujar dia.
Manfaat yang bisa diambil dalam ber organisasi, menurut Presiden BEM Umitra in, akan lebih terlatih jiwa kepemimpinan, memiliki manajemen waktu yang lebih baik, jaringannya lebih luas, keterampilan interpersonalnya juga lebih baik serta pemilihan solusi dan pemecahan masalah yang lebih baik.
Jangan menjadi mahasiswa yang terselip dalam sebuah pondasi yang hanya berdiam dan bertahan pada satu tempat sama halnya mahasiswa yang hanya duduk dibangku perkuliahan tanpa memberikan umpan balik dalam perkuliahan. Seharusnya kita menjadi mahasiswa sejati yang mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan kita dengan berorganisasi di kampus .
Sebagai seorang pembelajar dan bagian masyarakat, maka mahasiswa memiliki peran yang kompleks dan meyeluruh sehingga dikelompokkan dalam tiga fungsi : agent of change, social control, and iron stock. Dengan fungsi itu mahasiswa mempunyai peran yang sangat besar untuk mewujudkan perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai kepentinga bersama. Mahasiswa adalah semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan.
‘’Organisasi merupakan jembatan mahasiswa untuk memberikan sebuah perubahan dan menjadi seorang pemimpin,” tegas aktivis BEM, LDK Addura dan UKM Senior dan Pramuka Umitra, serta HMI ini.
Fredy bersama Alvina Damayanti secara aklamasi ditetapkan oleh Komite Pemilihan Umum (KPU) Umitra sebagai pasangan Presiden dan Walil Presiden BEM Umitra periode 2017-2018, medio awal Agustus lalu.
Sebagai aktivis mahasiswa, dimata Ir. Affan Zaldi Erya, Waket III STIkes Umitra, Fredy memiliki jiwa leadership dan visioner. “Beberapa kegiatan di kampus digagas dan dikoordinir oleh BEM, itu sangat kami apresiasi,” ujar Aldi.
Presiden BEM Umitra ini beberapa waktu lalu juga tampil menjadi salah satu pembicara dalam diskusi sehari yang digagas oleh DPD RI dengan mengambil tema:” Lampung Sebagai Alternatif Ibukota RI, apak kata mahasiswa?”.
Menurutnya, bahwa banyak faktor yang menjadi alasan Lampung sangat layak menjadi Ibu Kota RI diantaranya faktor litologi, geografi, infrastruktur, sosial dan lahan sehingga menurutnya Lampung siap jadi ibukota negara geografis yang strategis yaitu tempat perlintasan ekonomi Jawa dan Sumatra. Infratruktur Lampung juga memadai dengan banyaknya pembangunan, lalu sarana transfortasi penghubung antardaerah juga tersedia.
“Lampung jauh dari bencana banjir dan gempa, dan untuk alasan sosial, Lampung multi-suku mengingat Lampung adalah miniaturnya Indonesia yang dihuni berbagai suku dan hidup tentram damai di Lampung," kata Fredy dalam pemaparannya.